cari cari ...

Wednesday, November 10, 2010

Tur Asia Obama: Sinyal Akhir Hegemoni AS?

Barack Obama sudah dan sedang memulai turnya di empat negara Asia (India, Indonesia, Korea Selatan, dan Jepang). Hubungan antara Jepang dan Cina telah memburuk dengan tajam menyusul penyitaan Jepang terhadap perahu nelayan Cina. Dan Korea Selatan, klien kuat Amerika lainnya, memiliki banyak rasa takut dari transisi politik tetangga mereka yang misterius.


India dan Indonesia juga menyajikan beberapa tantangan strategis yang kompleks. Sengketa di Kashmir—Obama mengidentifikasinya sebagai "tugas-tugas penting"-nya pada tahun 2008—jelas telah melemahkan komitmen Pakistan untuk perang Amerika di Afghanistan. Setelah dua perjalanan dibatalkan ke Indonesia, Obama akhirnya memiliki kesempatan minggu ini untuk bernostalgia dengan masa kecilnya di negara ini, dan untuk kembali berinteraksi dengan negara Muslim paling banyak, sejak ia pertama kalinya tampil di Kairo pada tahun 2009.

Namun, Obama bersikeras mendefinisikan misi di Asia dengan waktu yang sangat mepet. "Kita harus mencari," tulisnya dalam sebuah tulisan di New York Times, "konsumen baru di pasar baru untuk barang buatan Amerika."

Mengunjungi India, Obama berbicara tentang kesepakatan bisnis dan pekerjaan Amerika. Ia mungkin sudah sedikit mawas dri setelah kemunduran dalam pemilu paruh waktu AS pekan lalu. Obama punya tugas besar mengentaskan pengangguran yang tak biasa di negerinya, serta mendorong pemulihan ekonomi jika ia berharap untuk memenangkan masa jabatan keduanya sebagai presiden di tahun 2012. Obama, jadinya, mungkin mencoba untuk menghindari kesan yang terlalu sibuk dengan isu-isu kebijakan luar negeri yang muskil.

Namun, sifat malu-malu geopolitik Obama menyimpan fakta yang tak terbantahkan: bahwa Amerika, melemah oleh resesi ekonomi dan kegagalan militer-diplomatik secara beruntun, tidak bisa lagi mendikte jalannya peristiwa di Asia.

Ingat cerita panjang tentang kebangkitan Cina yang selalu diulang-ulang? Itu hanya bagian dari penjelasan untuk hal ini. Lebih penting lagi, massa politisasi dan regionalisme ekonomi telah membuat banyak negara di Asia sadar, yang sebelumnya selalu mengikuti Amerika; meringkuk dalam sebuah bayangan panjang.

Mungkin tidak ada politisi Amerika yang lebih memperhatikan perubahan di Indonesia lebih daripada Obama. Ia tinggal di Jakarta pada akhir 1960-an, dan mengunjungi Pakistan dan India ketika menjadi mahasiswa pada tahun 1981. Dua tahun sebelum Obama yang baru berusia enam tahun pindah dengan ibunya ke Jakarta, ada hampir setengah juta tersangka komunis di Indonesia. Indonesia selama kepemipinan Jenderal Orde Baru Suharto (1967-1998) menjadi klien sempurna untuk Amerika Serikat.

Selalu ada pembenaran intelektual kelas tinggi yang tersedia untuk kapitalisme kroni dan kebrutalan militer. Pada tahun 1968 Samuel Huntington menerbitkan Political Order in Changing Societies. Dari Suharto sampai Park Chung-hee Korea Selatan, serta jangan lupakan Syah Iran membuktikan dengan cermat apa yang disebutkan oleh Huntington.

Satu lagi, tentu saja Jendral Pakistan Zia-ul-Haq. Pada tahun 1954, Pakistan bersama dengan Turki dan Iran dilibatkan dalam perang dingin. Saadat Hasan Manto, penulis besar bangsa Urdu, menulis serangkaian satir yang ditujukan untuk Amerika. "Dear Uncle," tulisnya, "kau sangat prihatin akan stabilitas negara Islam terbesar di dunia karena kami adalah obat terbaik untuk komunisme Russia.”

Tentu saja, tidak ada pengaturan politik dan ekonomi setelah perang dingin berakhir. Semuanya meleleh dengan cara mereka sendiri, sering menyebabkan kekacauan yang lebih luas bahkan daripada yang ditakuti oleh Huntington sendiri. Massa akhirnya menumbangkan Suharto, dan Indonesia terjun ke masa demokratisasi yang terus bergolak tanpa henti. Jenderal Zia secara misterius mengalami kecelakaan pesawat, tetapi gairah politik yang ia canangkan masih terus ada; sebagian memberi jalan pada ketidakadilan untuk masyarakat feodal Pakistan yang disaksikan langsung oleh Obama dalam kunjungannya ke negara itu.

Tapi kemudian, seperti yang dikatakan oleh Manto kepada Uncle Sam: "Saya keponakan Anda yang berasal dari Pakistan dan saya tahu langkah Anda. Setiap orang sekarang bisa berlaga sok tahu, terima kasih atas gaya politik Anda." Hampir di mana-mana di Asia, Amerika Serikat tidak dipercaya. Ia memupuk semua anak didiknya di beberapa titik; Pakistan, Karzai, Syah Iran, dan Libanon. Di Malaysia, yang kelihatannya tampak konsisten dengan ide ekonomi timurnya, bagi pertumbuhan dalam tiga dekade terakhir, sebenarnya masih berkiblat pada kebijakan stigma lama Amerika jauh sebelum "konsensus Washington."

Obama akan segera tahu, India menjalin lebih banyak kemitraan yang bermanfaat di Asia daripada di Barat yang dilanda resesi. Politik yang rusak di Thailand serta Hong Kong, Singapura, Korea Selatan dan Taiwan telah sembuh. India tahun lalu menandatangani kesepakatan perdagangan bebas dengan Asean. Tidak mengherankan kolumnis di Star, surat kabar terkemuka Malaysia dalam bahasa Inggris, menganggap kunjungan perdana menteri India ke Kuala Lumpur minggu lalu lebih penting daripada pesiar dengan Hillary Clinton, menteri luar negeri AS, ke daerah itu pada waktu yang sama.

Sebuah jalinan perjanjian perdagangan bilateral mendasari kesatuan baru ekonomi Asia. Cina dan negara-negara Asean sudah menjadi zona perdagangan bebas terbesar di dunia. Asia takut akan kebangkitan Cina, yang terus dimonitori oleh Amerika Serikat dengan tajam; fakta bahwa Cina sekarang merupakan pasar ekspor terbesar untuk Jepang, Korea Selatan dan Taiwan, selain menjadi mitra dagang terbesar India.

Semua ini terdengar seperti dari planet jauh bagi sebagian orang Amerika yang berpikir bahwa AS akan menemukan jalan keluar dari kesulitan politik dan ekonomi luar negerinya. Sekarang semuanya jatuh ke pelukan Obama untuk memajukan pendidikan mereka, dan apakah ia akan berhasil dalam tugasnya itu? Obama, seseorang yang pernah tinggal di Jakarta, mungkin tidak penah membayangkan bahwa ia berada dalam hiruk-pikuk Asia baru yang keras.eramuslim.com

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More