cari cari ...

Sunday, September 19, 2010

Israel Ingin Gusur Warga Arab‎

Menteri Luar Negeri Israel Avigdor Lieberman kepada Radio Israel, Minggu (19/9/2010), mengatakan, Jerusalem menyampaikan keinginannya mengubah perbatasan Israel untuk mengusir warga Arab dari negeri itu.

”Pijakan perundingan perdamaian seharusnya bukan tanah dengan imbalan perdamaian, melainkan perdamaian dengan imbalan pemindahan penduduk dan tanah,” ujar Lieberman.

Ia kembali menegaskan penolakan pijakan perundingan damai selama ini, yakni tanah Palestina diserahkan dengan imbalan perdamaian.

Lieberman meminta Israel hendaknya mengubah perbatasannnya dengan menganeksasi semua permukiman Yahudi ke dalam wilayah negara Israel dan menyerahkan desa-desa Palestina yang berada di wilayah Israel sekarang kepada negara Palestina kelak.

Lieberman sendiri kini tinggal di sebuah permukiman Yahudi di Tepi Barat.

Pemimpin partai garis keras Yisrael Beiteinu itu juga menegaskan, tidak mungkin melanjutkan pembekuan pembangunan permukiman Yahudi di Tepi Barat. ”Sampai sekarang belum ditemukan jalan tengah soal solusi permukiman Yahudi,” ujarnya.

Menurut pemimpin Yisrael Beiteinu itu dalam percakapan telepon dengan Menlu Inggris William Hague, Palestina telah menyia-nyiakan masa sembilan bulan pembekuan pembangunan permukiman Yahudi itu dan mereka sekarang bersedia datang ke perundingan karena terpaksa.


Ia menambahkan, Israel telah melakukan langkah yang cukup untuk menunjukkan niat baik dan kini bola berada di lapangan Palestina.

Seperti dimaklumi, masa pembekuan sementara selama 10 bulan pembangunan permukiman Yahudi akan berakhir pada 26 September nanti.

Sementara itu, Presiden Mesir Hosni Mubarak dalam wawancara khusus dengan televisi Israel meminta Israel memperpanjang pembekuan pembangunan permukiman Yahudi selama tiga atau empat bulan lagi pasca-26 September nanti untuk memberi jalan agar perundingan damai saat ini bisa terus berlanjut.

Selama ini Presiden Palestina Mahmoud Abbas berkali-kali menegaskan akan mundur dari perundingan damai jika Israel melanjutkan pembangunan permukiman Yahudi pasca-26 September nanti.

Menurut Mubarak, memperpanjang pembekuan pembangunan permukiman Yahudi selama tiga atau empat bulan sesungguhnya tidak ada artinya bagi Israel dibandingkan dengan peperangan, kekerasan, dan aksi terorisme.

Mubarak mengatakan telah berbicara panjang dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu soal isu permukiman Yahudi di sela perundingan damai babak kedua di Sharm el Sheikh, Selasa pekan lalu.

”Netanyahu tidak bisa menjawab apa-apa ketika saya meminta agar memperpanjang pembekuan pembangunan permukiman itu,” ungkap Mubarak.

Presiden Mesir menolak
Namun, menurut Presiden Mesir itu, sudah disampaikan kepada Netanyahu, perdamaian butuh pemimpin yang berani mengambil keputusan pahit, seperti Presiden Anwar Sadat, PM Menachen Begin, PM Yitzhak Rabin, dan PM Ariel Sharon.

Mubarak juga menyatakan, Palestina dan dunia Arab menolak syarat baru, yaitu Palestina harus mengakui Israel sebagai negara Yahudi.

”Kami hanya mengakui negara Israel, bukan negara Yahudi Israel. Di negara Israel terdapat warga Yahudi, Muslim, dan Kristen yang harus saling menghormati. Di Mesir juga terdapat warga Muslim, Kristen, dan Yahudi yang berdampingan secara damai. Karena itu, tidak ada negara yang murni khusus agama tertentu,” ujar Mubarak.

Kubu garis keras Yahudi Israel secara empiris menjadi penghalang bagi terciptanya perdamaian dengan Palestina. Kelompok garis keras Yahudi ini pada umumnya berasal dari migran Eropa Timur, seperti Lieberman.

Hampir semua pemimpin Israel yang berniat menciptakan perdamaian terganggu karena manuver kelompok garis keras. Suara mereka menenggelamkan suara Yahudi pencinta perdamaian dengan Palestina. Netanyahu sendiri tergolong kelompok garis keras.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More