cari cari ...

Showing posts with label Indonesia. Show all posts
Showing posts with label Indonesia. Show all posts

Friday, October 12, 2012

Khilafah - Indonesia dan Generasi Masa Depan

Rasa-rasanya, peristiwa yang terjadi dan disodorkan oleh media ke hadapan khalayak seperti sebuah opera yang selalu "to be continued", tak pernah ada habisnya. Isu  korupsi disambut dengan isu terorisme, membuat media begitu sibuk memberitakan kejadian-kejadian teror dari yang lawas sampai yang terbaru. Analisis-analisis pun disodorkan ke tengah publik.

Tak berapa lama, isu ini tenggelam karena ada isu yang lebih hot yaitu  tawuran pelajar. Saat itulah para praktisi pendidikan mulai untuk berbenah atau mengambil posisi menanggapi isu yang menyangkut pendidikan tersebut.

Belum tuntas isu tawuran, masyarakat diramaikan dengan isu buruh, para ekonom turun tangan memberikan berbagai pandangan, katanya demi terselesaikan permasalahan buruh ini. Sampai akhirnya kembali lagi pada isu korupsi yang melibatkan pihak penegak hukum sendiri.

Melihat hal yang berulang seperti ini, tentu menjadi wajar ketika kita berpikir pemerintah tidak pernah menemukan model pemecahan permasalahan tersebut secara tuntas. Puluhan tahun Indonesia merdeka, media selalu ramai dipenuhi berita-berita yang membuat geleng-geleng kepala.

Harapan perbaikan negeri tercinta pada akhirnya ditumpukan pada generasi-generasi masa depan yang saat ini sedang dididik untuk siap membawa negeri menuju arah yang lebih baik. Berharap orang-orang muda itu bisa memberikan ide-ide cemerlang memperbaiki negeri. Hanya saja  keraguan muncul ketika melihat potret para generasi masa depan. Pelajar dan mahasiswanya,  begitu disibukkan dengan  urusan pribadi mereka.

Antusiasme mahasiswa terhadap seminar-seminar pendidikan lebih sepi dibandingkan antusiasme mereka menghadiri konser SUJU atau SM TOWN. Para aktivis mahasiswa yang meneriakkan perubahan hanya sepersekian dibandingkan mahasiswa yang meneriakkan ketidakpedulian.

Seharusnya, dengan banyaknya problem yang menimpa Indonesia, jalanan-jalanan kota padat dengan mahasiswa yang turun ke jalan menyuarakan perubahan, kenyataannya outlet dan distro yang begitu menjamur lebih menarik minat mereka dibanding memperjuangkan keadilan.

Bagaimana dengan pelajarnya? Jeratan seks bebas, tawuran, dan narkoba sudah menjadi kawan sehari-hari, meski tidak dipungkiri ada juga pelajar yang berprestasi dan terlepas dari jerat jerat demikian. Sayangnya, pemisahan ilmu dengan kehidupan membuat para pelajar tidak melek dengan keadaan sekitar, sehingga permasalahan negeri adalah awan yang sulit dijangkau dengan tangan.

Adapun para pelajar yang peduli dengan generasi dan negeri (baca: rohis) organisasi  mereka dicap sebagai cikal bakal teroris.   Maka lengkap sudah misi kapitalisme memporakporandakan negeri ini. Membuat pemerintah berkutat dengan permasalahan yang tak kunjung usai dan membuat tumpuan harapan (baca: generasi masa depan) menjadi generasi individualis dan pragmatis.

Jika menganalisis kompleksitas permasalahan yang terjadi di negeri ini, sebenarnya ada satu benang merah yang dapat kita tarik. Aparatur pemerintahan dan generasi masa depan hanyalah korban dari kekejaman kapitalisme. Sebuah sistem yang secara sadar maupun tidak, telah berhasil diterapkan di negeri ini.

Sistem yang membuat rakyat Indonesia menjadi individualis,materialis, pragmatis, apatis, hedonis ditambah sekuler (memisahkan agama dengan kehidupan). Sehingga membuat korupsi tak pernah tuntas, buruh dan masyarakat tak pernah bisa sejahtera, pelajar doyan tawuran dan seks bebas, mahasiswa bungkam terjerat kemilau dunia, ditambah keimanan melemah karena agama (Islam) dijauhkan dari kehidupan.

Hal ini menandakan, yang seharusnya dicopot dari jabatan kekuasaan adalah sistem kapitalisme itu sendiri. Bukan sekedar dengan cara gonta-ganti presiden, gonta-ganti gubernur, atau gonta-ganti kurikulum pendidikan. Masalahnya kemudian, dengan apakah kapitalisme harus diganti.

Sejak abad ke 16 M, ada satu sistem yang bisa menjadikan para penganutnya terbebas dari problematika pelik kehidupan. Islam bukan sekedar kepercayaan, Islam adalah sebuah idiologi yang mampu mengubah mind set para politikus dan aparatur pemerintahan, serta para pelajar dan mahasiswa agar mereka benar-benar bisa mengabdi pada negeri dan menjadi negarawan sejati.

Tersebut umar bin khatab seorang khalifah yang mengatakan  "Demi Allah, seandainya seekor keledai di Irak terperosok jatuh lantaran jalan yang dilaluinya rusak, aku takut akan diminta pertanggungan jawabnya oleh Allah di hari kiamat."

Ada pula kisah Umar bin Abdul Aziz yang menangis tersedu karena khawatir akan pemerintahannya saat ia pertama kali menjabat sebagai khalifah. Sebut saja Muhammad Al Fatih sang penakluk Konstantinopel yang sejak kecil sudah bermimpi menaklukan Konstantinopel. Adakah potret yang demikian saat ini? Hanya yang perlu diingat bahwa sistem Islam bisa menyelesaikan permasalahan negeri secara tuntas apabila diterapkan secara menyeluruh dalam sebuah institusi Khilafah Islamiyah.

Selama kurang lebih 1300 tahun Khilafah Islamiyah mampu menjadi mercusuar dunia. Untuk itulah, bentuk kecintaan kita pada negri ini adalah memberikan sistem yang bisa menyelamatkan Indonesia dari kehancuran. Islam sejak lama telah hadir untuk itu. Allahualam bis shawab. (*) Nijmah Nurlaili | 09-Okt-2012, 22:41:50 WIB kabarindonesia.com

Thursday, November 18, 2010

Dalam 15-20 Tahun Mendatang, Mayoritas Penduduk Brussel adalah Muslim

Jumlah umat Muslim di Belgia pada saat ini lebih dari 600 ribu orang, menurut perkiraan terbaru atas jumlah penduduk di negeri ini, sementara data resmi diperkirakan oleh pemerintah federal hanya empat ratus ribu.


Menurut kantor berita Italia berdasarkan perkiraan, setelah hasil studi populasi yang dilakukan secara mendalam, terungkap bahwa proporsi umat Muslim di Belgia saat ini merupakan 5,8% dari populasi total penduduk Belgia.

Gelombang utama imigran dari negara-negara Muslim ke Belgia dimulai pada awal tahun 1960-an ketika perjanjian migrasi ditandatangani dengan Maroko dan Turki dan kemudian pada akhir 1960-an dengan Aljazair dan Tunisia. Berbeda dengan Belanda, Belgia tidak memiliki hubungan dengan dunia Muslim selama periode kolonial. Pada tahun 1974 Belgia menerapkan kondisi ketat masuknya tenaga kerja asing tapi tetap menjadi salah satu negara yang paling liberal di Eropa untuk kebijakan reuni keluarga.

Saat ini Belgia menempati urutan atas bersama dengan negara-negara Eropa lainnya seperti Perancis dan Swiss yang memiliki pertumbuhan umat Islamnya cukup signifikan dari tahun ketahun.

Pada distribusi geografis umat Islam di negara ini, diperkirakan bahwa proporsi di utara dan selatan Belgia sampai dengan 4% di masing-masing wilayah tersebut, tetapi mengalami peningkatan yang luar biasa di ibukota Brussels, dimana umat Islam sampai 22% dari total penduduk, namun angka yang dipublikasikan oleh beberapa surat kabar lokal menyebutkan bahwa umat Islam Brussel menempati 33% dari total penduduk.

Pengamat menegaskan bahwa estimasi ini membuka pintu kontroversial secara sosial, politik dan juga terkait dengan masalah integrasi, identitas dan kebijakan imigrasi.

Pada tahun 2008, seorang ahli sosiologi Belgia menyebutkan bahwa secara statistik menyatakan bahwa umat Islam bisa menjadi mayoritas penduduk di kota Brussel hanya dalam periode 15 sampai 20 tahun ke depan.

Pada tahun 2007, sosiolog Jan Hertogen menerbitkan statistik yang menunjukkan bahwa imigran Maroko (264.974) telah menggantikan imigran Italia (262.120) sebagai kelompok imigran terbesar di Belgia per 1 Januari 2004. Turki berada di tempat ketiga dengan 159.336 orang. eramuslim.com

Tuesday, November 9, 2010

Hati-hatilah Terhadap Racun Obama!

Hizbut Tahrir Indoensia (HTI) mengimbau kepada masyarakat agar berhati-hati menghadapi racun Presiden AS Barrack Obama menyusul rencana kunjungannya ke Indonesia pada 9-10 November 2010 mendatang. HTI menilai bahwa racun Obama sangat nyata dan terasa di negeri ini.

"Telah tampak jelas bahwa kunjungan Obama tak lain demi mengimplementasikan rencana beracunnya itu, melemahkan dan mematikan Anda," ucap anggota DPP HTI, Rochmat S Labib di kantor HTI, di Jakarta, Jumat (5/11/2010).

Dikatakan, Amerika adalah aktor di balik masalah terorisme buatan yang menjamur di Indonesia. Amerika juga berupaya mengubah kurikulum di pesantren-pesantren yang memiliki manajemen mandiri, khususnya setelah munculnya masalah teroris.

Selain itu, Amerika, melalui dinas intelejennya, mengikat kerjasama dengan dinas intelejen Indonesia. Bahkan, Amerika ternyata telah mendorong gerakan separatis di Papua untuk melanggengkan hegemoninya atas tambang emas yang merupakan tambang emas terbesar di dunia.

"Sosok Presiden seperti itulah yang rencananya akan berkunjung ke Indonesia. Sebuah sosok yang kejam, yang tidak beda dengan Bush," imbuhnya. tribunnews.com 

Di Balik Kunjungan Presiden Obama ke Indonesia

Sebagai sebuah kawasan yang dengan penduduk sekitar 525 juta dan Gross National Product (GNP) yang mencapai hingga 700 milyar dolar, letak geografis yang strategis, serta kekayaan sumber-sumber alam yang dimilikinya, Asia Tenggara sering mendapat perhatian yang kurang intensif dalam politik luar negeri AS.
Padahal dengan jumlah penduduk yang sangat besar, secara otomatis kawasan ini menjadi pasar yang luas bagi produk-produk AS, termasuk industri jasa dan investasi lainnya.

Selama masa perang dingin, kawasan Asia Timur sepertinya lebih menyita perhatian pemerintah AS dengan isu perlombaan senjata nuklir-nya.akan tetapi perkembangan saat ini memperlihatkan bagaimana Cina tiba-tiba muncul sebagai sebuah kekuatan ekonomi dan politik yang berpengaruh khususnya di Asia Pasifik. Bahkan secara ekonomi Cina mampu menguasai pasar Asia Tenggara. Fenomena kekuatan Cina ini kemudian menjadi salah satu faktor yang mendorong AS untuk kembali meningkatkan perannya di Asia Tenggara.

Apa saja kepentingan AS di kawasan Asia Tenggara serta sejauh apakah signifikansi kepentingan tersebut akan diuraikan secara rinci dalam pembahasan dibawah ini.
 
A. Kepentingan ekonomi Amerika Serikat di Asia Tenggara
Asia Tenggara merupakan kawasan yang sangat diuntungkan oleh letaknya yang strategis. Posisi Asia Tenggara tepat di persimpangan antara konsentrasi industri, teknologi dan kekuatan militer di Asia Timur laut ke utara, sub-kontinental dan sumber-sumber minyak di Timur Tengah ke Timur, dan Australia ke selatan.
Secara ekonomi Asia Tenggara merupakan bagian perdagangan dengan volume yang tinggi dari negara Jepang, Korea, Taiwan, dan Australia, termasuk impor minyak, transit Sea-lanes of Communications (SLOCs) negara-negara tersebut di Asia Tenggara. Sedangkan dalam perspektif militer, jalur laut Asia Tenggara sangat penting untuk pergerakan Angkatan Bersenjata AS dari Pasifik Barat ke Samudra Hindia dan Teluk Persia.
Dengan jumlah penduduk yang sangat besar secara otomatis Asia Tenggara merupakan pasar yang luas tidak hanya untuk produk tetapi juga bagi industri jasa AS. Asia Tenggara adalah patner ekspor sekaligus patner impor AS. Selain itu, Asia Tenggara juga merupakan kawasan tujuan bagi investasi tidak juga untuk ketidakstabilan kawasan ini akan menciptakan konsekuensi yang sangat besar terhadap Asia Timur secara menyeluruh dan pada akhirnya dapat mengancam kepentingan vital AS.
 
1. Patner Ekspor Impor
Asia Tenggara merupakan patner perdangangan lima terbesar bagi AS. Meskipun Asia Tenggara mengalami stagnansi ekonomi sejak 1997-1998, AS melihat Asia Tenggara masih dapat terus bertahan dan menyelesaikan krisis tersebut.
Sehingga Asia Tenggara diyakini sebagai kawasan yang memiliki prospek jangka panjang bagi kepentingan ekonomi AS ke depan.
Sekitar tahun 1993-1997, Asia Tenggara merupakan tujuan ekspor AS yang cukup penting setelah Cina dan Jepang di kawasan Pasifik.
Namun ekspor AS ke Asia Tenggara turun sekitar 20% pada saat kawasan ini mengalami krisis finansial, akan tetapi perdagangan kembali diperhitungkan ketika Asia Tenggara mulai bangkit dari krisis.Asia Tenggara juga sebagai kawasan tujuan investasi langsung AS, bahkan melebihi Jepang dan Brazil pada tahun 1997.
Perkembangan kawasan Asia Tenggara mengalami krisis ekonomi sejak 1998 sangat mempengaruhi kemampuan impor dari AS. Bahkan pada pertengahan 2002, ekspor AS ke ASEAN turun sebanyak 7% dibandingkan satu tahun sebelumnya. Diantara negara-negara ASEAN, hanya Laos, Malaysia dan Vietnam yang menigkatkan pembelian produk AS di tahun 2002. Sementara Malaysia memperlihatkan peningkatan ekspor dari AS sebesar 12% , negara-negara ASEAN lainnya justru mengalami kemunduran. Singapura berkurang -7%, Indonesia -9%, Filipina -11% dan Thailand turun -29% dibanding satu tahun sebelumnya.
Kegiatan ekspor-impor AS dengan negara-negara ASEAN memang mengalami penurunan volumenya antara 1997-1999 akibat krisis yang dialami kawasan ini. Namun perlahan menunjukkan peningkatan antara 2000-2001. Akan tetapi peristiwa 11 September 2001 kembali mengganggu stabilitas roda perekonomian dunia, sehingga kerjasama perdagangan kembali mengalami penurunan di tahun 2002.
 
2. Pasar produk dan industri jasa
Jumlah penduduk Asia Tenggara yang sifgifikan merupakan salah satu faktor yang mendukung kawasan ini potensial untuk penasaran produk-produk indutri AS, termasuk Industri jasa AS.
Tingkat pertumbuhan perekonomian Asia Tenggara secara umum masih rendah, sehingga kemampuan dalam membangun industri tergolong lemah. Hal ini sangat menguntungkan negara industri seperti AS untuk masuk pasar Asia Tenggara. Dimulainya pasar bebas juga memberikan kemudahan bagi AS dalam hal ini.
Setelah Jepang, perusahaan-perusahaan AS termasuk urutan kedua terbesar yang berinvestasi di Asia Tenggara. Sebagian besar kekayaan AS bergantung pada perusahaan-perusahaan multinasional yang juga memiliki kepentingan signifikan di Asia Tenggara. Perusahaan-perusahaan AS menyebar luas di Kawasan ini, meliputi industri manufaktur (Ford, General Motors, Honeywell, Intel, dan sebagainya) , departement strores (K-mart, JC Penney, Federal Dept.Strores), industri energi (Exxon Mobil, Unocal, Freeport, Newmont Minning, Eron, dll), industri jasa (UPS, FedEx, American International Groups, Citigroup, grup hotel, dll), dan lain sebagainya. Asia Tenggara juga merupakan supplier utama elektronik dan semikonduktor chip untuk perusahaan-perusahaan telekomunikasi AS seperti Motorola.
 
3. Investasi Asing
Asia Tenggara juga merupakan tempat utama investasi luar negeri AS. Hal ini dapat diukur dari nilai investasi AS ke negara-negara ASEAN yang sangat besar dibandingkan dengan negara-negara investor lainnya.
Beragamnya sektor investasi di ASEAN yang tersedia meningkatkan signifikansi ekonomis kawasan ini bagi AS.
Kerjasama-kerjasama ekonomi dengan AS terus mengalami peningkatan. Meskipun dalam perkembangannya investasi asing di kawasan ini secara umum agak tertinggal dibandingkan dengan kawasan Asia Timur. Akan tetapi dalam beberapa sektor, baik secara ekonomi, politik dan strategis Asia Tenggara tetap penting. Asia Tenggara merupakan pasar yang potensial bagi produk dan industri jasa, dan sebagai kawasan utama dari sumber-sumber daya alam yang penting, termasuk minyak dan gas alam.
Salah satu sektor investasi penting lainnya di Asia Tenggara adalah sumber daya alam. Negara-negara ASEAN secara kolektif merupakan kawasan dengan sumber energi, dan kekayaan alam dunia yang besar, seperti timah, tembaga, emas, dan sumber-sumber yang dapat diperbaharaui seperti karet, kopi, serta kayu-kayuan. Hasil bumi seperti minyak dan gas juga terhitung dalam jumlah yang tidak sedikit. Di Indonesia misalnya, investasi AS tidak kurang dari 20 Milyar dolar untuk tambang emas di Papua. Sedangkan industri minyak di Aceh yaitu Exxon dan Mobil.
Bagaimanapun negara-negara Asia Tenggara menggantungkan pertumbuhan ekonomi salah satunya pada investasi asing. Sehingga kesejahteraan ekonomi, sosial, peningkatan pendidikan serta program pengurangan kemiskinan, juga tergantung pada investasi asing. Krisis finansial yang dialami pada dekade sebelumnya menyebabkan stimulasi perpindahan dalam produksi dari tekstil, industri makanan, manjadi obat-obatan, mesin-mesin perlengkapan, dan elektronik. Pada tahun 1999 ke 2000 terjadi penurunan yang cukup kentara, dimana krisis finansial dan situasi keamanan yang tidak kondusif di Asia Tenggara menyebabkan investor AS beralih ke Cina.
Adanya proyek perencanaan pembangunan jaringan pipa untuk saluran gas alam yang akan melintasi negara-negara Asia Tenggara menambah pentingnya kawasan ini untuk investasi AS. Meskipun APEC belum memberikan respon terhadap proposal AS untuk jaringan pipa tersebut, saluran-saluran baru telah direncanakan untuk dibangun diantara negara-negara ASEAN. Contohnya pipa saluran air Indonesia dari pulau Natuna ke Sumatera, pipa saluran Singapura dan Malaysia, dan pipa yang menghubungkan Burma dan Thailand. Kebutuhan gas yang terus meningkat memberikan kecenderungan perkembangan pipa saluran ini akan terus berkembang, bahkan mungkin sampai ke kawasan Cina Selatan.
 
 B. Jalur laut (Sea-lanes) Asia Tenggara yang strategis
Posisi Asia Tenggara terbentang di persimpangan dua jalur laut terbesar di dunia. Yang pertama adalah jalur Timur-Barat, yaitu jalur yang menghubungkan Samudera Hindia dengan Samudera Pasifik. Kedua adalah jalur Utara-Selatan, yang menghubungkan kawasan Asia Timur dengan Australia dan New Zealand serta pulau disekitarnya.
Tiga “pintu masuk” kawasan Asia Tenggara: Selat Melaka, Selat Sunda dan Selat Lombok merupakan titik penting dalam sistem perdagangan dunia. Menjadi sama pentingnya karena perselisihan politis dan ekonomis mengenai jalur laut yang melintasi kepulauan Spartly di Laut Cina Selatan. Selat Malaka sendiri merupakan selat yang menghubungkan samudera Hindia dengan samudera Pasifik, sekaligus seabgai jalur terpendek yang terletak diantara India, Cina dan Indonesia, Oleh karenanya selat ini dianggap sebagai “chokepoints” Asia.
Secara garis besar ada dua kepentingan AS di Asia Tenggara berkaitan dengan letaknya yang strategis:
• Asia Tenggara membuka garis laut, karena sebagian besar perdagangan dunia melewati selat Malaka.
• Asia Tenggara penting sebagai pos untuk pergerakan kehadiran militer AS di Pasifik Barat dan Samudera Hindia.
Asia Tenggara secara geopolitik sanagt krusial tidak hanya untuk kepentingan nasional AS, tetapi juga secara global. Jalur laut yang melintasi kawasan Asia Tenggara mempunyai fungsi yang vital bagi ekonomi Jepang dan Republik Korea, Cina dan termasuk juga AS sendiri.
Selat Malaka, yang melintasi Singapura, Indonesia dan Malaysia merupakan salah satu jalur laut tersibuk di dunia. Lebih dari 50.000 kapal per tahunnya transit di selat Malaka, padahal lebar selat ini hanya 1,5 mil dengan kedalaman 19,8 meter. Atase komunikasi Indonesia Yuri Gunadi memperkirakan setiap hari sekitar 10000 kapal masuk ke Singapura yang melintasi selat Malaka, diantaranya 4000 kapal dagang dari Indonesia.
Kapal-kapal yang melintasi selat Malaka ini merupakan 1/3 bagian dari perdagangan dunia. Berdasarkan catatan Energy Information Administration (EIA), minyak bumi yang dibawa kapal-kapal tanker via selat malaka (2003E) adalah 11 juta barel per hari.
Letak Asia Tenggara yang sangat strategis berdasarkan jalur ini, tentu saja menempatkan Asia Tenggara sebagai kawasan yang sangat penting baik ekonomi maupun keamanan. Oleh karena itu, AS memiliki kepentingan-kepentingan untuk akses bebas dan terbuka di jalur di Asia Tenggara, baik untuk kepentingan ekonomi (proseprity) maupun militier (national security)
 
C. Kepentingan Politik
Jumlah penduduk yang besar, kondisi sosial budaya yang beragam, sistem pemerintahan yang cenderung lemah, serta krisis ekonomi yang masih belum pulih, adalah gambaran kondisi aktual yang dialami sebagian besar negara Asia Tenggara, secara tidak langsung mempengaruhi kepentingan-kepentingan AS.
Terdapat beberapa kepentingan AS secara politis di kawasan ini. Terutama terhadap Indonesia, sebagai negara keempat terbesar di dunia, dengan kumunitas muslim yang terbesar di seluruh dunia, negara eksportir minyak dan gas terbesar di kawasannya, serta satu-satunya negara Asia Tenggara yang menjadi anggota Organiziation of Petroleum Exploring Countries (OPEC) dan merupakan titik tumpu ASEAN.
Sebagai negara eksportir minyak dan gas terbesar di Asia Tenggara, AS harus memiliki hubungan yang baik dan stabil dengan Indonesia. Bagaimanapun juga kebutuhan energi AS yang sangat besar dan Indonesia salah satu sumber pemenuhan kebutuhan tersebut. Sementara sebagai satu-satunya anggota OPEC di Asia Tenggara, Indonesia tentu saja memilki peran dalam mengontrol hargaminyak. Setidaknya ikut serta dalam pembuatan kebijakan yang berkenaan dengan minyak. Oleh karena itu tidak ada alasan bagi AS untuk tidak memperhitungkan Indonesia dalam hal ini.
Selanjutnya dengan penduduk muslim terbesar, Indonesia menjadi pemain kunci dalam keterikatan AS terhadap dunia Islam. Ketika AS memiliki kepentingan untuk meyakinkan dunia bahwa ”war against terrorism” bukan sebuah perlawanan terhadap Islam, maka dukungan negara yang mayoritas berpenduduk muslim moderat seperti Indonesia menjadi sangat penting.
 
D. Peran Asia Tenggara dalam strategi Amerika Serikat terhadap China
Kebangkitan pengaruh Cina (China) di Asia Tenggara terus menguat baik secara ekonomi, politik, maupun militer. Setelah perang dingin berakhir,kekuatan serta pengaruh AS terus berkurang dan sebaliknya Cina justru semakin memperlihatkan pengaruhnya di Asia Tenggara.
Cina memberikan tantangan yang signifikan secara ekonomi, militer dan politik tidak hanya bagi Asia Tenggara, tetapi secara tidak langsung merupakan ancaman bagi AS. Yang terdekat adalah tantangan ekonomi yang dihadapi ASEAN, dimana tingginya tingkat pertumbuhan ekonomi Cina membuat Cina terdorong utnuk melakukan investasi di negara-negara berkembang seperti kawasan ASEAN. Hal ini tentu saja menjadi persaingan, dimana AS juga merupakan patner penting perdagangan dan investasi ASEAN.
Kebangkitan Cina sebagai sebuah kekuatan regional selama 10hingga 15 tahun kedepan tentu saja dapat meningkatkan intensitas kompetisi Cina – AS termasuk meningkatkan potensi konflik bersenjata. Masa depan keamanan kawasan Asia Tenggara akan terbentuk oleh beberapa faktor politik danekonomi yang saling mempengaruhi.
Fator-faktor utamanya antara lain: evolusi ekonomi Asia Tenggara, pembangunan ekonomi dan politik Cina dan interaksinya dengan Asia Tenggara, perlawanan dan mempertahankan keutuhan negara, masalah integrasi regional dan kerjasama, aktor-aktor eksternal, terutama AS, Jepang, dan Australia untuk mempengaruhi kawasan.
Tantangan lebih besar yang datang dari Cina adalah munculnya Cina sebagai aktor politik-militer. Cina terus memoderenisasi militernya dan merubah fokusnya ke kawasan Selatan, dimana secara khusus Cina sangat meningkatkan kekuatan Angkatan Lautnya, yang pada akhirnya dalam rangka fokus di Laut Cina Selatan: wilayah yang di klaim Cina sebagai teritorinya.
Bagi AS diplomasi ekonomi-politik Cina telah meningkat menjadi sangat tidak terlihat dan cerdik. Disaat Cina mempertahankan klaimnya atas pulau Spartly dan paracel yang melingkar di Laut Cina Selatan, dan menolak panggilan untuk pembicaraan multilateral mengenai konflik Spartly, Cina justru melakukan negosiasi satu per satu ke masing-masing negara yang terlibat konflik tersebut.
Adanya persaingan eksistensi antara AS dan Cina di kawasan ini, secara tidak langsung membawa Asia Tenggara kedalam politik strategi AS dalam menghadapi Cina. Ada dua ancaman militer Cina terhadap Asia Tenggara yang secara tidak langsung memberikan keuntungan bagi AS dalam strateginya terhadap Cina. Dua ancaman militer konvensional dari Cina membutuhkan respon AS tersebut adalah:
Pertama, hegemoni Cina yang agresif di Asia Tenggara mengancam kebebasan pelayaran di Laut Cina Selatan, sehingga membuat AS, Jepang, bahkan negara-negara Asia Tenggara masuk dalam politik Cina tersebut. Dengan demikian AS dapat memanfaatkan kondisi tersebut dengan akan menacari dukungan dari negara-negara ASEAN untuk menjada keamanan jalur laut atau justru sebaliknya, ada kemungkinan negara-negara ASEAN sendiri yang akan meminta bantuan Angkatan Laut AS. Jika demikian maka AS dapat membawa serta Angkatan Udaranya dengan dalih untuk melindungi pasukan AL-nya, serta mengamankan fasilitas teritori ASEAN dari serangan militer Cina.
Situasi kedua adalah adalah Cina dapat saja mencoba membangun dan mempertahankan kontrol fisik atas hampir keseluruhan kepulauan Spartly, yang di klaim sebagai wilayahnya. Ketidakpastian di perairan Laut Cina Selatan ini tentu saja menciptakan ketegangan keamanan. Dalam kondisi tertekan seperti ini akan mendorong negara-negara ASEAN untuk mencari dukungan dari kekuatan yang dapat mengimbangi Cina. Sehingga sangat mungkin bagi ASEAN untuk meminta kehadiran militer AS yang lebih tampak dan substansial.
Pada akhirnya, kepentingan-kepentingan AS di Asia Tenggara akan terus meningkat. Mulai dari kepentingan ekonomi: Asia Tenggara sebagai patner ekspor dan impor, pasar produk dan industri jasa, dan investasi. AS juga tidak punya pilihan lain bahwa jalur Asia Tenggara akan menjadi prioritas utama untuk kelancaran perekonomiannya dan juga merupakan kawasan kunci dalam pergerakan militer AS.
Secara politis Asia Tenggara akan memberikan pengaruh yang besar dalam negara-negara kawasan ini terhadap kampanye AS tersebut akan memiliki arti yang sangat penting bagi AS. Pada akhirnya ada keharusan bagi AS untuk menghadirkan militernya di kawasan ini dalam konteks pengamanan terhadap kepentingan tersebut. rimanews.com

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More