cari cari ...

Friday, October 8, 2010

Naudzubillah, Masjid Bersimbol "Badik"

Tulisan ini dibuat tanpa berpretensi apa-apa, dan merasa terpanggil berhubung karena pemikir-pemikir Islam (katakanlah ICMI dan lembaga Islam lainnya) diam "seribu bahasa". Hal ini sebagai tanda kepedulian kami melihat rancangan awal desain masjid terapung yang akan dibangun di kawasan Pantai Losari tersebut.

Saya cukup terperangah ketika menyaksikan poster masjid 99 Al Makazzary yang terpampang di Pantai Losari. Yang membuat saya terperangah adalah menaranya yang menyimbolkan sepasang badik.
Apakah ini sebuah candaan? Saat ini umat Islam sedang berupaya untuk membangun citra Islam yang akhir-akhir ini dikaitkan sebagai agama kekerasan. Wujud badik tersebut justru menegaskan ide kekerasan.

Bangunan masjid serta kubahnya, saya pikir tidak ada masalah. Namun setelah pengamatan dialihkan ke desain bangunan yang terletak di kiri-kanan masjid itulah kami merasa tersentak dan berkata dalam hati "Kenapa ada dua bentuk badik yang mengapit bangunan masjid? Kalau begitu, apakah ini menegaskan bahwa Islam memang identik dengan kekerasan?"

Sebagaimana diketahui bahwa secara universal badik berkonotasi kekerasan. Badik adalah pisau belati bermata satu, merupakan senjata tajam yang biasa digunakan masyarakat kita sebagai alat untuk membela diri.

Jangan sampai kita berprinsip bahwa jika tidak dapat ditempuh dengan jalan damai atau mufakat, maka badiklah yang angkat bicara, yang akan menyelesaikan masalah. Sesungguhnya dikhawatirkan siapa tahu kalau sepasang bentuk badik yang mengapit masjid terapung itu betul berdenotasi badik dan bermakna simbol kekerasan. Naudzubillah mindzalik.

Hasrat pemerintah provinsi untuk senantiasa memperindah ibukota Sulsel perlu kita dukung dan acungkan jempol, salah satunya adalah rencana pembangunan sebuah masjid terapung tersebut yang nantinya akan melengkapi lanscape di kawasan Pantai Losari.

Bangunan masjid seluas 400 meter persegi itu direncanakan berlantai tiga, di samping diniatkan sebagai tempat salat sebagaimana fungsi masjid pada umumnya, dirancang pula untuk dijadikan sebagai lokasi tempat rekreasi keluarga untuk menikmati suasana laut serta pemandangan alam sekelilingnya. Masjid ini diharapkan akan menjadi salah satu kebanggaan Sulawesi Selatan, khususnya Kota Makassar.

Sejarah mencatat bahwa dalam perkembangan Islam di berbagai negeri, bila umat Islam menetap di suatu daerah baru, termasuk di suatu kawasan, maka salah satu sarana umum yang mereka bangun adalah masjid. Karena masjid dianggap kebutuhan spiritual sebagai sarana untuk melakukan ibadah salat berjemaah lima kali sehari semalam.

Masjid merupakan salah satu karya budaya umat Islam di bidang teknologi konstruksi yang telah dirintis sejak masa permulaan berdirinya dan menjadi ciri khas dari suatu negeri atau kota Islam.

Masjid juga merupakan salah satu corak dan perwujudan perkembangan kesenian Islam dan dipandang sebagai salah satu kebudayaan Islam terpenting. Perwujudan bangunan masjid juga merupakan lambang dan cermin kecintaan umat Islam kepada Tuhannya dan menjadi bukti tingkat perkembangan kebudayaan Islam.

Perlu dijelaskan di sini bahwa siapa pun arsiteknya telah lalai dalam mempertimbangkan upaya Islam untuk menghilangkan citra kekerasan, upaya untuk meyakinkan semua orang kalau Islam itu membenci kekerasan dan segala bentuk tindak anarkis lainnya. Dan kita pun tidak tahu apakah desain masjid seperti itu betul suatu kelalaian ataukah memang suatu kesengajaan.

Karena apa, pelaku kekerasan, sadisme dan terorisme, oleh sekelompok orang sering dituduhkan kepada Islam, tanpa terlebih dahulu mengadakan penyelidikan secara saksama.

Padahal sesungguhnya, Islam itu kalau dirujuk dari kata asalnya berarti "damai" artinya Islam menginginkan adanya perdamaian di muka bumi ini, seperti diketahui Rasulullah Muhammad saw diutus ke bumi ini, tak lain adalah sebagai rahmatan lil alamin, rahmat bagi seluruh alam semesta, dan untuk menyempurnakan akhlak yang mulia.

Menara merupakan bangunan yang mendampingi bangunan suatu masjid. Menara juga berarti bagian bangunan yang dibuat jauh lebih tinggi daripada bangunan induknya. Penambahan menara bukan hanya sekadar menambah keanggunan dan keindahan bangunan masjid, tetapi berfungsi sebagai tempat mengumandangkan azan yang dilakukan oleh muazin, setiap tiba waktu salat.

Jumlah menara pada setiap masjid bervariasi, ada yang hanya satu buah, ada yang dua, empat atau lima buah menara. Bentuknya ada yang bundar, bersegi empat atau lebih, dan ada pula menara yang bertingkat.

Ujung menara pun bervariasi bentuknya, ada yang berbentuk empat persegi (murabba’ah), kerucut (makhrut), berbentuk cerek (dauraq), berbentuk lembing (maslahatun hirbah), bentuk belimbing (minsyar), dan lain-lain. Letaknya ada yang menyatu dengan bangunan induk dan ada pula yang terpisah. Pada masjid terapung yang diperkirakan menelan biaya Rp 7 miliar itu, rencana menaranya terpisah dengan bangunan utama masjid.

Perlu diketahui bahwa menara itu memiliki fungsi simbolis syiar Islam. Dari jarak jauh, terlihat menara masjid, itu pertanda bahwa di sana terdapat masjid tempat umat Islam melakukan salat dan informasi itu berguna sekali terutama bagi pendatang baru di suatu tempat. Demikian pula seandainya menaranya tidak terlalu tinggi, dan tidak tampak dari kejauhan, maka dengan terdengarnya suara azan pertanda pula bahwa dari arah sumber suara itu terdapat masjid.

Sebagai saran yang berkaitan dengan bangunan menara Masjid 99 Al Makazzary, adalah pertama, bentuk bangunan menara menyesuaikan diri dengan arsitektur bangunan induk. Bentuk seperti itu dianggap model yang umum dibuat, dan kalau kita ingin mengadakan inovasi tentu bisa saja dengan memodifikasi batang tubuh bangunan menara.

Alternatif kedua adalah dengan mengadopsi bentuk huruf hijaiyah pertama, yaitu huruf alif. Huruf alif secara sufistik bisa bermakna; lafadz Allah, sedangkan alif yang kedua bermakna 'ahad' atau Esa, sehingga penggabungan kedua huruf alif, bermakna Allahu ahad yang artinya Allah Yang Maha Esa. Alternatif ketiga adalah mendesain rancangan menara yang sumber idenya terinspirasi dari benda-benda kemaritiman, yaitu yang berhubungan dengan laut, atau yang berhubungan dengan pelayaran.

Sebagai penutup, adalah saran ini dimaksudkan sebagai masukan sebelum masjid telanjur rampung pembangunannya, dan arsitekturnyalah yang lebih paham bagaimana membuat suatu bangunan yang lebih harmonis dengan bentuk bangunan lainnya.

Dengan harapan masjid yang akan dibangun akan berdiri secara harmonis bersama dengan pemandangan laut di sekelilingnya, yang akan menjadi salah satu ikon dan kebanggaan kota Makassar tercinta, kebanggaan kita semua. Semoga. demikian dipaparkan: Abd Aziz Ahmad (Dosen Seni Rupa FSD UNM Makassar). fajar.co.id

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More