cari cari ...

Tuesday, September 21, 2010

Ironi Kenaikan Tarif KRL Jabodetabek!!! Tapi buruknya layanan kereta api masih menjadi momok bagi penggunanya.

VIVAnews - Rencana kenaikan tarif Kereta Rel Listrik (KRL) Bogor Jakarta pada 1 Oktober harusnya dibarengi dengan meningkatnya pelayanan bagi pengguna jasa kereta. Ironisnya, PT Kereta Api selaku pengelola KRL belum memperbaiki pelayanan, sarana dan prasarana kereta api.

Padahal kenaikannya dinilai cukup signifikan yakni antara Rp 1.000 hingga Rp 1.500. Kenaikan terjadi pada semua kelas baik ekonomi maupun eksekutif.


Masyarakat masih harus menumpang kereta dengan kondisi udara yang panas. Sebab kereta Pakuan Ekspres jurusan Bogor – Jakarta AC-nya tidak berfungsi.

"Tidak hanya AC mati, tapi juga keretanya lambat," kata Indra, warga Cimanggu, Kota Bogor.

Akibatnya, suasana didalam gerbong panas yang mengakibatkan penumpang gerah.

Risma, 22, mahasiswi perguruan tinggi negeri
asal Bogor juga merasakan yang sama. Dia sering naik KRL Pakuan Ekpres dengan kondisi pendinginnya mati. Banyak penumpang yang mengipas-ngipas kegerahan di dalam gerbong.

"Kami sudah sering mengeluh ke kondektur dan masinis maupun petugas di stasiun. Tapi tetap nggak di respons,” keluhnya.

Anggota Komisi C (Bidang Transportasi) DPRD Kota Bogor, Usmar Hariman menyatakan, akan memanggil pihak PT KA untuk mengkaji kembali rencana kenaikan tarif. "Banyak warga Kota Bogor yang sering mengadu ke dewan terkait buruknya pelayanan KRL, baik kelas Ekonomi, Ekonomi AC maupun Pakuan Ekpres,” tegasnya.

Kata dia, penumpang dari Bogor jumlahnya sangat banyak dan hampir mencapai 60 ribu per hari. Artinya, kalau rata rata per orang
pulang-pergi (PP) Bogor-Jakarta mengeluarkan Rp 3.000, maka pendapatan total PT KAI adalah Rp 360 juta per hari atau Rp 10,8 miliar per bulan atau Rp 129,6 miliar per tahun dari warga Bogor.
"Pertanyaannya, berapa kontribusi untuk Bogor. Kemudian lingkungan sekitar stasiun saja kumuh dan nyaris jadi kawasan mesum. Ditambah lagi kondisi pendingin gerbong sering tidak berjalan maksimal, pantas nggak tarif naik,” tandasnya.

Wakil Kepala Stasiun Bogor, Udin Saepudin menegaskan, kenaikan
tarif itu diberlakukan untuk mengurangi beban subsidi KRL, termasuk beban operasional di Stasiun Besar Bogor. "Ini merupakan kebijakan pemerintah, bukan PT KAI,” tambahnya.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More