cari cari ...

Sunday, September 19, 2010

Timur Tengah Berburu Nuklir

KAIRO - Rencana Mesir membangun empat pembangkit listrik nuklir jelang 2025 makin menambah jumlah negeri Timur Tengah yang berburu energi atom itu. Negara kaya minyak lainnya, seperti Kuwait dan Uni Emirat Arab juga membidik alternatif bahan bakar fosil untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Di wilayah itu dan di antaranya, semua mata memandang ke Republik Islam Iran yang menyatakan telah membakar reaktor nuklir pertama sebelum akhir tahun ini dan menjadi negeri Muslim pertama di Timur tengah yang memproduksi energi nuklir, seperti dilansir AFP, Sabtu (18/9).


Pengumuman itu dikeluarkan di reaktor Bushehr, selatan Iran yang dibangun Rusia dan akan membunyikan alarm peringatan pada Oktober atau November. Tetangganya dan negara kuat menuduh Iran sedang membangun program senjata nuklir dan Teheran membantah tegas dengan menyatakan sebagai energi atom bertujuan damai.

Walau khawatir terhadap Iran, negara-negara Timur Tengah juga ingin memanfaatkan energi nuklir sebagai kebutuhan, bukan berkompetisi dengan Iran, kata beberapa pengamat. “Itu masalah energi,” ujar Mostafa el-Feki, Ketua Komite Hubungan Luar Negeri Parlemen Mesir yang juga mantan Dubes untuk Austria dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA).

Dia mengatakan Mesir memiliki dasar pengetahuan energi nuklir. “Saat saya menjadi duta besar di Wina, kami memiliki 10 tim penyelidik badan atom,” katanya. Mesir yang berkeinginan memiliki energi nuklir sejak 50-an, juga merencanakan membangun pabrik energi matahari dan angin dengan target produksi 20 persen dari kebutuhan energi listrik jelang 2020.

Sedangkan sumber gas dan minyak bumi diperkirakan akan tersisa untuk tiga dekade lagi. Bulan lalu, Kairo mengatakan pabrik di pantai El-Dabaa, Mediterania akan menjadi pusat rencana pembangunan empat pabrik nuklir jelang 2025, sebagai bagian mengurangi kebutuhan energi konvensional yang makin tinggi.

Negeri miskin sumber minyak bumi, Jordania mengatakan kawasan ini telah dipengaruhi dengan upaya pemenuhan kebutuhan secara lebih ekonomis, yakni energi nuklir, pengganti energi yang tidak dapat diperbaharui.

“Tingginya ketertarikan energi nuklir di wilayah ini karena tingginya harga minyak bumi. Negeri yang tidak punya minyak, kini mencari pilihan lain untuk menggerakkan energi listrik,” kata Khaled Tukan, Ketua Komisi Energi Atom Jordania. Bulan ini, Jordania dan Jepang telah menandatangani kesepakatan kerjasama energi nuklir sipil.

Jordania yang mengimpor 95 persen kebutuhan energinya menginginkan pabrik nuklir pertamanya siap dibangun pada 2015. Negara kaya minyak, Kuwait, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab juga tertarik membangun instalasi listrik nuklir.

Emirat berharap nuklirnya beroperasi pada 2017 dan siap mengimpor gas alam untuk memproduksi energi dengan alasan sebagai kebutuhan, bukan persaingan politik atau ambisi nuklir. Kebutuhan energi Dubai terus meningkat sampai 40.000 megawatt pada 2020 atau naik dua kali lipat dibandingkan saat ini.

Tahun lalu, miliaran dolar dikucurkan ke konsorsium Korea Selatan untuk membangun empat pabrik energi nuklir. Negeri tujuan utama wisatawan asing, terutama selebritis dunia di Timur Tengah itu sempat mendapat protes dari warganya pada musim panas lalu akibat suhu tinggi dan arus listrik kerap padam.

Kuwait, negara pengekspor minyak terbesar ke empat dunia juga telah menandatangani kerjasama nuklir dengan Jepang dan mengumumkan, membangun empat reaktor nuklir yang akan rampung 12 tahun mendatang. Kerajaan Arab Saudi, tempat kelahiran Islam juga menandatangani kesepakatan dengan Prancis pada Juli 2010 untuk mengembangkan energi nuklir damai.

Sejumlah pengamat meyakini, ketertarikan wilayah ini pada energi nuklir lebih disebabkan tuntutan ekonomi. “Secara umum, pembangunan pabrik energi nuklir sebagai sebuah strategi mengimbangi tingginya kebutuhan energi listrik di masa mendatang,” jelas Leila Benali, Direktur Cambridge Energy Research Associates, sebuah yayasan energi di London, Inggris.

“Anda juga punya alasan keamanan dan kenyataannya, Iran membuat program nuklir yang menjadi pesan jelas ke beberapa negara di wilayah itu agar juga membuat sesuatu untuk mengimbangi nuklir Iran, apakah sebagai kebanggaan atau keamanan,” tambahnya.  Sejak Revolusi Islam 1979, Iran berulangkali dituduh mencoba mengekspor militan Syiah ke wilayah itu dan pemerintahan Arab khawatir dengan Teheran dan ambisi nuklirnya.

“Program nuklir Iran telah dibangun. Iran menegaskan sebagai haknya. Mereka berbicara tentang strategi,” jelas Mustafa Alani, seorang pakar keamanan di Gulf Research Centre, Dubai. Iran sebenarnya berusaha mengimbangi Israel yang memiliki program nuklir, walau tidak mengumumkan.

Seperti diketahui, Iran beralasan memproduksi energi listrik nuklir damai, tetapi terus mendapat tekanan dari negara Barat, khususnya Amerika Serikat dengan tuduhan berusaha membangun senjata pemusnah massal. Bahkan, beberapa opsi telah dibuat, termasuk serangan militer, khususnya dari anak emas AS di Timur Tengah, Zionis. Jadi, nasib negara Timur Tengah lainnya, tampak tidak akan beda dengan Teheran, awalnya diizinkan, lalu dikecam, bahkan diinvansi, seperti negeri 1010 malam, Irak. Kita tunggu saja. serambinews.com

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More