Buku Daulah Islam ini tidak dimaksudkan untuk menceritakan sejarah Daulah Islam, melainkan untuk menggambarkan kepada masyarakat bagaimana Rasul saw. mendirikan Daulah Islam. Juga, bagaimana orang kafir penjajah itu telah menghancurkan Daulah Islam dan bagaimana kaum Muslim menegakkan kembali Daulah Islam agar dapat mengembalikan cahaya bagi dunia yang menerangi jalan petunjuk dalam kegelapan.
Struktur negara khilafah
Berbagai sistem pemerintahan yang ada di dunia saat ini sangat jauh dari sistem pemerintahan Islam, baik dari segi bentuk maupun isinya. struktur negara khilafah menjelaskan sistem pemerintahan islam dari bentuk dan isi berdasarkan nash-nash syara'
Khilafah Rasyidah yang telah dijanjikan
Teruntuk seluruh putera-putera umat Islam yang bergembira atas kembalinya Khilafah, yang akan kembali dalam waktu yang tidak lama lagi atas izin Allah.
Dalam sebuah video yang diposting di internet hari Senin, juru bicara
para mujahidin mengatakan: “Kami, pasukan tempur kota dan propinsi
Aleppo, dengan suara bulat menolak proyek konspirasi yang disebut
sebagai Koalisi Nasional dan mengumumkan kesepakatan kami untuk
mendirikan sebuah Negara Islam” di Suriah, kata juru bicaranya dengan
mengumumkan di video itu.
“Kami menolak setiap koalisi eksternal atau dewan-dewan apapun yang
dipaksakan kepada kami di negeri kami dari pihak manapun juga,” katanya.
Dalam video tersebut pembicara duduk di tengah meja rapat yang
panjang bersama setidaknya 30 orang lain dan bendera Islam hitam di
dinding belakangnya.
Terdapat 14 kelompok pejuang ikhlas sebagai penandatangan pernyataan itu,
termasuk Ahrar al-Sham dan Liwa al-Tauhid.Setelah pernyataan itu,
seorang mujahidin mengangkat salinan Alquran, dengan mengatakan ke
depan kamera bahwa Qur’an harus menjadi “Konstitusi Anda”. “Allahu
Akbar,” takbir kelompok secara itu serempak.
ya Allah kami memohon pertolonganMu untuk tegaknya agamaMu.
Inilah revolusi yang sangat mengkhawatirkan Amerika
Serikat dan Sekutu Baratnya: Revolusi Syam. Kekhawatiran terutama muncul
karena hingga saat ini Amerika belum menemukan pengganti yang pas dari
Bashar Assad dan rezimnya. Berbeda dengan Arab Spring di kawasan lain,
Amerika relatif lebih mudah mencari pengganti kompradornya sehingga
kepentingan penjajahannya di kawasan itu menjadi relatif lebih terjaga
dan aman.
Padahal melalui penguasa baru yang menjadi komprador Amerika ini
berbagai kebijakan Amerika untuk membajak perubahan hingga sejalan
dengan kepentingan Amerika bisa direalisasikan. Visi perubahan Amerika
untuk Arab Spring—berupa sekularisme berbalut Islam—dengan mengiring
perubahan ke arah demokratisasi (negara demokrasi sekuler) bisa
diwujudkan.
Konsep-konsep seperti dawlah madaniyah (negara madani) dan al-Islam al-Mu’tadil
(Islam moderat) menjaga jargon-jargon baru untuk menutupi ide pokok
yang sebenarnya, yaitu Kapitalisme dengan asas sekularismenya. Visi ini
juga cukup sukses, paling tidak hingga saat ini, dalam menyesatkan
sebagian umat Islam yang tidak sadar yang menganggap ide-ide demokrasi
dan sekular itu sejalan dengan Islam. Apalagi dalam rangka memperkuat
visi sekularisme berbalut Islam ini Amerika menggunakan
kelompok-kelompok Islam atau tokoh-tokoh Islam.
Di Tunisia, Amerika dan negara sekutu Baratnya bisa tetap mengontrol
perubahan melalui militer Tunisia yang masih menunjukkan loyalitasnya
kepada Barat. Menguasai militer tentu sangat penting sebagai robot
penjaga dan mesin pemukul dan siapapun yang berseberangan dengan Amerika
atau mengancam kepentingan mereka.
Amerika pun bisa bernapas lebih lega karena visi demokratisasi yang
dia tawarkan berjalan mulus. Kekuatan-kekuatan politik di negeri itu
memilih membangun Tunisia yang demokratis dan sekular namun berbalut
baju Islam. Amerika dan sekutunya juga berhasil memanfaatkan keberadaan
kelompok Islam seperti an-Nahdhah sebagai pemain utamanya. Kelompok ini
pun sibuk berkampanye dan membela diri untuk menunjukkan bahwa mereka
bukan kelompok Islam fundamentalis, puritan. Secara terbuka mereka juga
bukan menolak dikatakan memperjuangkan syariah Islam, apalagi Khilafah.
Semua ini mereka lakukakan untuk mendapatkan kepercayaan dari Amerika
dan sekutu Baratnya sebagai pemain politik baru.
An-Nahdhah, yang muncul sebagai partai terbesar dalam Pemilu
demokratis pertama di Tunisia, telah menyatakan pihaknya akan terus
menjaga pasal pertama Konstitusi 1956 dalam hukum konstitusi baru yang
sedang dirancang. Ayat ini mengabadikan pemisahan agama dan negara, saat
dinyatakan bahwa: Tunisia adalah negara yang merdeka dan berdaulat,
agama adalah Islam, bahasanya adalah bahasa Arab dan merupakan sebuah
republik.
“Kami tidak akan menggunakan hukum untuk memaksakan agama,” kata
pemimpin an-Nahdhah, Rachid Ghannouchi, kepada wartawan setelah komite
konstituen partai memilih mempertahankan ayat konstitusi.
Dia menambahkan, ”Ayat tersebut merupakan obyek konsensus di antara
semua elemen masyarakat yang melestarikan identitas Tunisia sebagai
negara Arab-Muslim serta menjamin prinsip-prinsip negara demokratis dan
sekuler.”
Hal yang lebih kurang sama juga terjadi di Mesir. Hingga saat ini
Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata (SCAF) yang dipenuhi oleh para
jenderal warisan Mubarak masih berkuasa penuh mengontrol Mesir. Untuk
mengokohkan kedudukannya Dewan Militer ini membubarkan Parlemen Mesir
dan mengarahkan Dewan Konstituante yang akan membuat UU baru Mesir untuk
tetap menjadikan Mesir sebagai negara sekular bukan Negara Islam. Dewan
Militer ini juga masih memberikan loyalitasnya kepada Amerika dan
sekutunya.
Visi perubahan Amerika—sekularisme berbalut Islam—dengan pas bisa
diwujudkan oleh partai yang berasal dari gerakan Islam Ikhwanul
Muslimun. Presiden Mursi dengan sigap menampilkan dirinya sebagai
pemimpin yang pluralis. Untuk memperkuat citra itu, partai ini pun
menolak mentah-mentah hendak menjadikan Mesir menjadi Negara Islam yang
akan menerapkan syariah Islam secara sempurna. Mesir tetap menjalin
hubungan diplomatik dengan entitas penjajah Zionis Israel dan
mempertahankan perjanjian damai Camp David.
Kerjasama dengan IMF dan Bank Dunia yang merupakan organ penjajahan
ekonomi Kapitalisme pun tetap berjalan. Untuk menyelesaikan persoalan
ekonomi Mesir, Mursi memilih untuk meminjam dana dari IMF. Padahal
semua tahu, meminta bantuan dari IMF bukan saja akan menghancurkan
ekonomi negara, tetapi juga merupakan jebakan politik yang mematikan.
Apalagi pinjaman itu mengandung riba yang jelas-jelas diharamkan dalam
Islam. IMF secara resmi memberikan pinjaman 4,9 miliar dolar. Perdana
Menteri Mesir Hesham Qandil menyatakan pinjaman ini harus dibayar dalam
waktu 5 tahun dengan suku bunga 1,1 persen.
Di Libya, Amerika mendapatkan jaminan—meskipun tidak
sempurna—terhadap kepentingannya melalui Dewan Transisi Nasional Libya
(NTC). Dewan ini secara umum bisa dikontrol oleh ‘orang-orangnya’
Amerika, meskipun terdapat juga kelompok Islam di dalamnya.
Amerika dan sekutu Baratnya pun menjadi lebih lega karena dalam
Pemilu pertama Libya pasca tumbangnya Khadafi partai nasionalis menang.
Aliansi Kekuatan Nasional (NFA) yang dipimpin mantan Perdana Menteri
sementara Mahmoud Jibril mendapatkan 39 dari 80 kursi Majelis Nasional
Libya yang disediakan untuk partai politik.
Namun, berbeda dengan Mesir, Libya tidak memiliki tentara yang
sepenuhnya mapan. Pasca jatuhnya Gaddafi dan rezimnya, Libya tidak
memiliki otoritas politik terpusat. Kekuatan tetap di tangan milisi
bersenjata, dan tidak satu pun dari mereka yang cukup kuat untuk mulai
bertindak sebagai kekuatan militer nasional. Libya masih dikendalikan
oleh jaringan milisi bersenjata. Banyak di antara mereka mewakili
suku-suku yang kuat. Untuk lebih mengamankan kedudukannya saat ini,
agenda Amerika berusaha membentuk militer nasional Libya yang terpusat
namun dikendalikan oleh pemimpin yang sekular.
Terbunuhnya Dubes AS Christopher Stevens dan tiga staf Konsulat
Jenderal AS di Benghazi dalam aksi pembelaan terhadap Rasulullah saw.,
digunakan oleh Amerika melalui kaki-tangannya untuk menghabisi
milisi-milisi bersenjata yang berideologi Islam. Koran New York Times
edisi Senin (15/10) melaporkan pemerintahan Barrack Obama pada bulan
lalu telah mendapatkan persetujuan Kongres AS memberikan dana sebesar US
$8 juta dari anggaran operasi Pentagon dan bantuan kontra terorisme
yang semula diberikan kepada Pakistan kepada Libya. Dana tersebut
digunakan untuk membantu Pemerintah Libya membentuk pasukan komando
Libya berkekuatan 500 personil pada tahun depan. Pasukan operasi khusus
AS akan melatih pasukan komando Libya tersebut guna memerangi “teroris
Islam” di Libya.
Kekhawatiran yang lain dari Barat sekarang ini terhadap situasi
Suriah adalah menguatnya kelompok revolusioner yang menginginkan
penerapan syariah Islam dan Khilafah di negeri Syam itu. Para
revolusioner ini pun secara terbuka menentang visi Arab Spring ala
Amerika—sekularisme berbalut Islam. Medan jihad di bumi Syam juga telah
mengundang kaum Muslim di seluruh dunia untuk berjihad fi sabilillah
untuk menenteng rezim thaghut Ba’ats, Bashar Assad.
Seperti biasa, Barat melalui medianya melakukan penyesatan politik,
dengan mengaitkan kelompok yang berjihad ini dengan terorisme dengan
tudingan memiliki agenda radikal. Dalam laporannya, Komisi PBB yang
melakukan penyelidikan di negara tersebut mengatakan kehadiran para
militan asing, Islam radikal atau para jihadi, membuat Barat khawatir.
Kepala Komisi Sergio Pinheiro kepada wartawan hari Selasa (17/10)
memperkirakan ada ratusan kombatan asing yang ikut bertempur di Suriah.
Pinheiro menambahkan bahwa komisi itu khawatir para kombatan asing ini
tidak berjuang untuk “membangun negara demokratis di Suriah”, tetapi
“untuk agenda mereka sendiri.”
Exit Strategi Model Yaman
Bagi Amerika dan sekutu Baratnya, cara yang paling aman untuk
menyelesaikan krisis Suriah adalah dengan menggunakan model Yaman.
Pasalnya, intervensi militer langsung seperti yang dilakukan terhadap
Libya membutuhkan dana yang besar dan sulit diduga hasilnya.
Berdasarkan model Yaman, Barat mempersiapkan orang lingkaran dalam
Presiden Yaman sendiri, yaitu Wapres Abd a-rRab Mansur Hadi menjadi
pejabat presiden baru. Transisi ini dibantu oleh negara-negara
sekitarnya seperti Saudi Arabia. Setelah itu diadakan Pemilu yang
dikesankan demokratis pada Februari 2012 yang dimenangkan secara telak
oleh Hadi.
Rencana non-militer model Yaman ini membutuhkan satu unsur kunci:
diplomasi harus dipimpin oleh aktor-aktor regional, bukan PBB atau
Barat. Transisi bergaya Yaman kemudian akan bisa mempertahankan struktur
negara Suriah yang pro-Barat termasuk elit korup yang lama tidak
merasa terancam. Dengan model Yaman ini mereka berharap, Assad bisa
mengundurkan diri, stabilitas muncul, dan Pemilu demokratis yang sejalan
dengan Barat bisa dilakukan.
Untuk merealisasikan model Yaman ini, Amerika Serikat menggunakan
jaringan regional pendukungnya, seperti Arab Saudi, Mesir dan Turki.
Melalui Menteri luar negeri Turki Ahmed Davutoglu, Amerika datang
dengan membawa usulan lama yang diperbarui agar Wakil Presiden Suriah
Farouk as-Sharaa menggantikan presiden antek Amerika Bashar sebagai
kepala pemerintahan transisi untuk menghentikan perang sipil yang
terjadi di Suriah.
Oglu mengatakan, ash-Shara adalah seorang yang punya pikiran dan
hati nurani. Ia tidak turut serta dalam pembantaian di Suriah dan tidak
ada seorang pun yang lebih mengetahui sistem di Suriah dari dia. Oglu
beranggapan bahwa oposisi cenderung menerima ash-Shara untuk memimpin
administrasi Suriah pada masa depan. Belum selesai Oglu dengan
penyesatan-penyesatan ini, sudah muncul pernyataan dukungan pihak
oposisi yang menyatakan diri mereka sebagai Dewan Nasional yang menjadi
alat Amerika.
Usulan ini adalah usulan Amerika yang dilontarkan oleh Amerika
melalui mulut Oglu maupun selain dia. Padahal sangat jelas Farouk
ash-Shara ini adalah seorang pengikut Ba’ats, sekular dan selama ini
dipelihara dan dibesarkan oleh Hafezh Asad si bapak dan diwarisi oleh
Bashar Asad si anak. Ash-Shara ini telah bekerja sebagai menteri luar
negeri pada zaman Hafezh Asad selama 15 tahun. Kemudian ia menjabat
Wakil Presiden Bashar Asad pada masa pemerintahannya.
Hal itu jelas-jelas memberikan deskripsi yang gamblang tentang
keridhaan penjahat Bashar dan bapaknya kepada ash-Shara. Baik Hafezh
maupun Bashar sama sekali tidak membiarkan orang yang menyalahi keduanya
meski sekecil apapun. Walhasil, kalau model Yaman ini terealisasi,
Suriah akan tetap dalam kendali dan kontrol negara-negara imperialis.
Ini jelas merupakan pengkhianatan terhadap darah para syuhada yang telah
tertumpah! [Farid Wadjdi]
Seruan Hizbut Tahrir Wilayah Suriah
Untuk mewaspadai ancaman model Yaman ini terhadap tujuan mulia
Revolusi Suriah, Utsman Bakhasy Direktur Maktab I’lami Pusat Hizbut
Tahrir (23 Dzulqa’dah 1433 H/09 Oktober 2012 M) memberikan nasihat dan
peringatan. Berikut kutipannya:
Hati-hati dan waspadalah! Dia antek Amerika di kawasan ini. Oglu
tampil berbicara mengatas-namakan Anda. Dia berkata, “Oposisi Suriah
cenderung menerima ash-Shara untuk memimpin tahapan transisi.”
Jika yang dia maksudkan adalah Anda, maka dia itu adalah orang yang
melakukan konspirasi yang ingin menjerumuskan Anda ke dalam rencana
jahat yang melanggengkan Anda dalam pertempuran dan situasi yang membuat
para wanita Anda menjadi janda, tanpa ada perubahan sedikitpun.…Jika
yang dia maksudkan adalah Dewan Nasional maka Dewan ini bukan bagian
dari Anda. Pihak yang mendirikan Dewan itu adalah Amerika. Keinginan
mereka tidak lain adalah melaksanakan rencana-rencana Amerika dalam
mengaborsi revolusi Anda dan merealisasi negara sipil yang tunduk kepada
Amerika, meminggirkan agama Anda yang lurus dari urusan apapun di
antara urusan dunia dan akhirat Anda!
Siapa saja yang beranggapan bahwa Amerika menginginkan kebaikan di
dalam revolusi Anda maka hendaknya dia segera sadar diri sebelum
terlambat. Perdana Menteri Erdogan telah membuat kita kenyang dengan
ucapannya. Dia menawarkan kepada Anda untuk menerima rezim penjahat ini
seperti sedia kala, dengan seluruh kejahatan dan kebrutalannya, dengan
disertai penggantian deskriptif yang menjaga rezim penjahat dengan
disertai pemaafan terhadap presiden rezim jagal Damaskus, berdasarkan
apa yang sudah berlagsung di Yaman!
Wahai orang-orang yang melakukan revolusi di negeri Syam. Anda harus
menyatukan segenap upaya Anda dan waspada terhadap konspirasi
musuh-musuh dari sekeliling Anda. Anda harus bertawakal kepada Allah
dengan menjadikan revolusi Anda menjadi revolusi yang ikhlas untuk Allah
SWT, tidak disekutui oleh siapapun. Di dalamnya tidak ada bagian
sedikit pun untuk Barat. Potonglah tangan-tangan Barat dari sekeliling
Anda. Campakkan Barat dan alat-alat lokalnya yang memiliki nama yang
sama dengan kita, dan berasal dari generasi kita. Akan tetapi, mereka
mempromosikan racun Barat penjajah, terutama Amerika yang melindungi
rezim bapak dan anak di Suriah. Menjungkalkan rezim itu bukan berarti
menggulingkan kepala rezim saja, tetapi adalah dengan mencabut rezim itu
dari akarnya hingga ujung daunnya.
Berjuanglah sungguh-sungguh dan dengan penuh kesungguhan bersama
Hizbut Tahrir untuk menegakkan agama Allah di tengah-tengah Anda dengan
mewujudkan Daulah Islam, Daulah Khilafah ar-Rasyidah…Tidak ada yang
menyelamatkan kami dan Anda kecuali Allah. Tidak ada kemuliaan untuk
kami dan Anda kecuali dengan agama-Nya. Tidak ada keamanan kecuali
dengan Daulah Islam yang akan melindungi kehormatan, darah dan harta
kita serta membuat Rabb kita ridha kepada kita.
Mereka memikirkan tipudaya dan Allah menggagalkan tipu aya itu. Allah sebaik-baik Pembalas tipudaya(QS al-Anfal [8]: 30)
source: http://hizbut-tahrir.or.id/2012/10/31/analisis-permainan-amerika-dalam-revolusi-suriah/ Permainan Amerika Dalam Revolusi Suriah
Pertemuan HT dengan Revolusioner Suriah: Revolusi akan Kembalikan Suriah jadi Khilafah.
Kepala Kantor Media Hizbut Tahrir Suriah Hisyam Al Baba menyatakan
revolusi Suriah akan mengembalikan Suriah menjadi Khilafah Islam, saat
kunjungannya ke kantung-kantung kaum Revolusioner, baru-baru ini, di
berbagai tempat di Suriah.
“Revolusi ini akan mengembalikan negeri Al Syam sebagai sebuah
negara, dan sebagai bagian dari Daulah Khilafah mendatang, Insya Allah,
yang akan menjadi negara terkemuka di dunia dalam satu dekade,” tegasnya
ketika pidato di hadapan para Revolusioner yang memadati Masjid Ansharu
Rasul di I’zaaz.
Di samping meminta agar tetap teguh dan tabah dalam berjuang
menumbangkan rezim diktator Al Assad, Hisyam pun meminta kaum
Revolusioner mengambil pelajaran berharga dari kegagalan revolusi di
Tunisia, Mesir dan Libya.
“Kami mendorong Anda dan mengundang Anda untuk mengambil pelajaran
dari revolusi-revolusi sebelumnya, sehingga Anda tidak jatuh ke dalam
perangkap sebuah negara sekuler sipil seperti yang telah mereka
lakukan!” pekiknya.
Maka, Hisyam pun mewanti-wanti agar kaum Revolusioner waspada
terhadap tipu daya Barat dan para kaki tangannya di dalam negeri serta
harus tetap menyatukan visi misi perjuangan hingga tumbangnya Al Assad
sehingga kondusifnya diangkat seorang lelaki mulia menjadi khalifah.
“Kita akan bertemu di Masjid Umayyah dekat Damaskus, Insya Allah,
untuk memberikan baiat (janji setia terhadap seseorang yang diangkat
menjadi khalifah, red) kepada seorang imam yang akan memerintah kita
dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya SAW, dan memang hal itu bukanlah
sebuah hal yang sulit bagi Allah!” tegasnya.
Dalam kesempatan itu, Hisyam pun tak lupa menunjukan dan menjelaskan
peta jalan (roadmap) yang dikeluarkan HT Suriah yang bertanggal 28
Ramadhan 1433 H untuk membawa perubahan di Suriah yang mengarah kepada
Daulah Khilafah, yang berjudul: Manifesto Hizbut Tahrir tentang Revolusi
Al Syam: Menjelang Kelahiran Khilafah Rasyidah yang Kedua.
Mendapat Sambutan
Selain ke I’zaaz, Hisyam pun berkeliling ke kantong-kantong kaum
Revolusioner termasuk ke Soran di pedesaan Aleppo. Di berbagai tempat,
ceramahnya mendapat sambutan yang sangat baik dan positif, dan terdapat
interaksi yang baik dari para hadirin.
Ceramah itu diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan dari kaum muda
yang rindu akan kekuasaan Islam. Ceramah kemudian dilanjutkan dengan
dibagi-bagikannya draft Konstitusi Daulah Khilafah kepada para hadirin,
Manifesto HT dan pernyataan tentang konspirasi Lakhdar Brahimi.
Terlihat sukacita yang sangat besar dari wajah Hisyam maupun kaum
Revolusioner selama kunjungan dan pertemuan-pertemuan tersebut. Banyak
orang yang melihat hal itu sebagai tanda-tanda yang baik atas kemenangan
yang muncul di negeri Al Syam.
“Anda, para pahlawan telah mengajarkan kepada seluruh umat semua
abjad revolusi dan menantang taghut. Jika kita meninggalkan Anda dan
kembali ke Damaskus itu akan merupakan harapan menunggu waktu menjadi
nol, saat deklarasi Khilafah, saat Anda akan mendengar pekikan Allahu
Akbar,” puji Hisyam di setiap akhir kunjungannya.
Dengan demikian, rakyat Al-Syam yang bebas kemudian akan melangkah
dengan kaki mereka di era para penguasa yang menindas (hukm jabri), dan
menyatakan dimulainya Era Khilafah Rasyidah yang mengikuti petunjuk
Kenabian.
Bahaya Turki dan Dewan Nasional Suriah
Pada kesempatan lain Hizbut Tahrir Wilayah Suriah juga mengingatkan
kepada para revolusioner tentang bahaya dari kebijakan Turki terhadap
Suriah. Rezim Erdogan ini sedang menjalankan perannya menjadi antek
Amerika dalam masalah Suriah. Menteri luar negeri Turki Ahmed Davutoglu
datang dengan membawa usulan lama yang diperbarui agar wakil presiden
Suriah Farouk al-Sharaa menggantikan presiden antek Amerika Bashar
sebagai kepala pemerintahan transisi untuk menghentikan perang sipil
yang terjadi di Suriah.
Solusi ini mengikuti model Yaman. Oglu mengatakan al-Sharaa ini
“seorang yang punya pikiran dan hati nurani, ia tidak turut serta dalam
pembantaian di Suriah, dan tidak ada seorang pun yang lebih mengetahui
sistem di Suria dari dia.“
Oglu beranggapan bahwa oposisi cenderung menerima al-Sharaa untuk
memimpin administrasi Suria di masa depan. Belum selesai Oglu dengan
penyesatan-penyesatan ini, sudah muncul pernyataan dukungan pihak
oposisi yang menyatakan diri mereka sebagai Dewan Nasional yang menjadi
alat Amerika.
Usulan ini adalah usulan Amerika, yang dilontarkan oleh Amerika
melalui mulut Oglu maupun selain dia. Padahal sangat jelas Farouk
al-Sharaa ini adalah seorang pengikut ba’ats, sekuler dan anak rezim ini
yang dipelihara dan dibesarkan oleh Hafezh Asad si bapak dan diwarisi
oleh Bashar Asad si anak. al-Sharaa ini bekerja sebagai menteri luar
negeri pada zaman Hafezh Asad selama 15 tahun. Kemudian ia menjabat
wakil presiden Bashar Asad pada masa pemerintahannya. Hal itu
jelas-jelas memberikan deskripsi yang gamblang tentang keridhaan
penjahat Bashar dan bapaknya kepada al-Sharaa.
Baik Hafezh maupun Bashar sama sekali tidak membiarkan orang yang
menyalahi keduanya meski sekecil apapun. Demikian juga eksistensi
al-Sharaa di dua jabatan itu pada masa pemerintahan Hafezh dan Bashar
jelas-jelas mengindikasikan dengan jelas tentang begitu mengakarnya
keantekan al-Sharaa kepada Amerika. Bisa jadi Amerikalah yang dahulu
berpesan kepada Hafezh dan Bashar untuk tidak melepaskan al-Sharaa dan
sekarang berpesan agar al-Sharaa menjadi alternatif pengganti
Bashar.[]rz/joy
Box: Rezim Bengis Assad Bunuh Paman Kepala Kantor Media HT Suriah
Perjuangan menyampaikan kebenaran dan menegakkan agama Allah SWT ,
memang selalu membutuhkan pengorbanan. Sikap Hizbut Tahrir yang tegas
mengecam rezim bengis Assad, menimbulkan kebencian dari para thogut ini.
Merekapun melakukan penculikan, penyiksaan, hingga pembunuhan terhadap
keluarga dKepala Kantor Media HT Wilayah Suriah.
Insinyur Hisham al-Baba – Kepala Kantor Media untuk Hizbut Tahrir,
Wilayah Suriah – kehilangan paman dari pihak ibu nya. Asy Syahid, Insya
Allah, Rafiq Muhammad Al Hamawi , diculik dari depan rumahnya di
lingkungan Jobar di Damaskus, oleh rezim Assad yang keji dan berlumur
dosa. Setelah disiksa selama berhari-hari, kepalanya dipenggal dan
tubuhnya dilemparkan di trotoar bersama dengan lima orang lainnya, oleh
penjahat, para pembunuh dari tentara Bashar itu.
Insya Allah, dari rasa sakit dan penderitaan rakyat setia dan saleh
bumi Asy Syam, (Suriah) kemenangan dan kelapangan akan lahir. Dari bumi
yang dipenuhi oleh muslim-muslim terbaik dari segi keberanian dan
pengorbanan, fajar Islam pasti akan terbit.
Berkaitan dengan ini Hizbut Tahrir Suriah menegaskan : “ Kami
berjanji kepada Allah dan Rasul-Nya dan kaum Muslim bahwa kami tidak
pernah akan melemah, meskipun perjuangan ini harus dibayar dengan
syahidnya para pejuang satu persatu. Hingga berdirinya kembali negara
yang didirikan Rosulullah SAW di Madinah al-Munawwarah – yang kemudian
dihancurkan di Istanbul (tahun 1924) oleh pengkhianat Arab dan Turki.
Dan dengan itu kita akan melanjutkan cara hidup Islam di bawah bendera
Khilafah ‘ala minhajin , dan kami memohon kepada Allah SWT untuk
mewujudkan itu segera di bumi asy Syam (Suriah) segera. “ (AF)
view source: http://farid1924.wordpress.com/2012/11/04/pertemuan-ht-dengan-revolusioner-suriah-revolusi-akan-kembalikan-suriah-jadi-khilafah/ Revolusi akan Kembalikan Suriah jadi Khilafah.