cari cari ...

Tuesday, November 9, 2010

Menakar Hasrat Publik Turki untuk Bergabung dengan UE

Hasrat rakyat Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa tampaknya makin meredup. Direktur Pusat Kajian Uni Eropa di Universitas Akdeniz, Turki, Dr Erol Esen mengungkapkan bahwa masyarakat Turki sudah pesimis dengan keinginan negaranya untuk bergabung dengan Uni Eropa. Menurutnya, hanya 38 persen warga Turki yang menginginkan negaranya bergabung dengan Uni Eropa. Sementara itu, hasil jajak pendapat lewat telepon yang digelar sebuah lembaga polling di Jerman menunjukkan, 83 persen warga Turki tidak mempercayai sikap Uni Eropa terhadap negaranya. Padahal pada masa-masa awal perundingan keanggotaan Turki ke dalam Uni Eropa pada tahun 2005, sekitar 80 persen warga negara itu mendukung keanggotaan negaranya ke dalam Uni Eropa.
Melihat kenyataan ini, merosotnya dukungan publik Turki untuk bergabung dengan Uni Eropa dan kepercayaan mereka terhadap organisasi regional benua biru itu mengundang banyak pertanyaan dan analisa pelbagai kalangan. Sebagian pihak menilai, salah satu faktor kekecewaan masyarakat Turki terhadap Uni Eropa berangkat dari ketidakpastian penetapan waktu kapan Ankara bakal diterima sebagai bagian dari masyarakat Eropa. Selain itu, pelbagai hasil jajak pendapat yang digelar di negara-negara Eropa mengenai tanggapan publik Eropa terhadap keanggotaan Turki ke dalam Uni Eropa juga turut menjadi faktor yang membuat rakyat Turki semakin pesimis. 

Hasil polling terbaru yang digelar di Austria baru-baru ini menunjukkan bahwa mayoritas responden atau 69 persen warga negara itu menolak keanggotaan Turki ke dalam Uni Eropa. Bahkan kalangan partai-partai sayap kanan Eropa belakangan juga menegaskan tekadnya untuk menghalau masuknya Turki ke dalam Uni Eropa. Mereka berdalih, jika negara-negara non-Eropa bergabung ke dalam Uni Eropa niscaya masa depan organisasi regional ini akan dipertanyakan. Sementara Inggris selaku negara yang menyokong keanggotaan Turki, ternyata 30 persen warganya menentang hal itu. Parahnya lagi, Perancis dan Jerman selaku dua negara utama di Uni Eropa juga turut menentang. Karuan saja rangkaian faktor tersebut kian mempersulit langkah Ankara. 

Selama ini, Perancis senantiasa menjadikan perbedaan budaya dan agama sebagai dalih penentangannya. Paris beralasan masuknya sebuah negara mayoritas muslim ke dalam Uni Eropa bisa mengancam intergritas dan solidaritas di tubuh Uni Eropa. Mereka bahkan beralasan bahwa bergabungnya Turki bisa menghapus nilai-nilai dan identitas Eropa yang didominasi kultur Kristen. Apalagi mayoritas masyarakat muslim Turki kini dikenal sebagai komunitas yang makin memegang teguh nilai-nilai dan identitas keislamannya.
Di sisi lain, tersiarnya isu yang menyebutkan dukungan sejumlah partai dan kelompok politik Eropa terhadap gerakan separatis Kurdi seperti PKK turut menjadi faktor penting yang membuat masyarakat Turki semakin tidak percaya dengan Uni Eropa. (IRIB/LV/NA) indonesian.irib.ir

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More