Pemilihan umum (pemilu) belum memenuhi harapan sebagian masyarakat, karena tidak membawa perubahan kualitas hidup.
"Hal itu terjadi karena selama ini sosialisasi dalam pemilihan umum (pemilu) lebih banyak dilakukan oleh partai politik dan calon legislatif yang ingin menjaring suara," kata peneliti Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Awang Darumurti, di Yogyakarta, Rabu (2/11).
Menurut dia saat memaparkan hasil penelitiannya berjudul Riset Perilaku Pemilih di Bantul pada Pemilu Legislatif 2009, hal itu menyebabkan netralitas pemilih menjadi tidak terjaga.
"Oleh karena itu, perlu ada perbaikan di dua elemen besar, yakni partai politik dan Komisi Pemilihan Umum (KPU)," ujar dosen Jurusan Ilmu Pemerintahan Fisipol Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) itu.
Ia mengatakan, partai politik harus berusaha memperbaiki kualitas calon legislatifnya, sehingga yang diusung memang calon yang andal dan mampu memenuhi harapan masyarakat. "KPU dalam sosialisasi masih perlu lebih gencar lagi sehingga dapat benar-benar menjalankan tugasnya sebagai lembaga yang menyosialisasikan pemilu," katanya seperti dikutip Antara.
Menurut dia, sebanyak 38,52 persen dari 405 responden mengaku mendapatkan informasi pemilu dari tokoh masyarakat bukan KPU yang memiliki tanggung jawab utama melakukan sosialisasi.
Kondisi itu menyebabkan masyarakat memahami pemilu dari persepsi partai politik yang dominan unsur kampanyenya daripada pendidikan politiknya. Di sisi lain, sebanyak 36,05 persen responden menghendaki perbaikan partai politik dan calon anggota legislatifnya, sedangkan perbaikan daftar pemilih tetap (DPT) dan sosialisasi KPU disarankan oleh 12,64 persen responden.
"Sehubungan dengan hal itu, kedua lembaga baik KPU maupun partai politik harus sama-sama membenahi diri untuk meningkatkan kualitas Pemilu 2014," katanya. (B Sugiharto) suarakarya-online.com Kamis, 3 November 2011 Pemilu Belum Penuhi Harapan Publik
0 comments:
Post a Comment