[اَلأَصْلُ فِيْ الأَفْعَالِ التَّقَيُّدُ بِالْحُكْمِ الشَّرْعِي]
Asal dari perbuatan (selalu) terikat dengan hukum syara
Jadi, tidak boleh mengerjakan sesuatu kecuali setelah mengetahui lebih dahulu hukumnya.
[وَاْلأَصْلُ فِيْ الأَشْيَاءِ الاِبَاحَةُ مَا لَمْ يَرِدْ دَلِيْلُ التَّحْرِيْمِ]
Asal (hukum) dari sesuatu (barang atau materi) adalah ibahah (boleh) selama belum ada dalil yang mengharamkannya
[أَنَّ الْخَيْرَ مَا أَرَضَ اللهُ وَ أَنَّ الشَّرَّ مَا أَسْخَطَهُ]
Sesungguhnya kebaikan itu adalah sesuatu yang diridhai Allah, dan keburukan itu adalah sesuatu yang dimurkai Allah
[أَنَّ الْحَسَنَ مَا حَسَّنَهُ الشَّرْعُ وَ أَنَّ الْقَبِيْحَ مَا قَبَّحَهُ]
Sesungguhnya perbuatan terpuji itu adalah apa yang dipuji oleh Allah, dan perbuatan tercela itu adalah apa yang dicela oleh Allah
[أَنَّ الْعِبَادَاتِ وَالْمَطْعُوْمَاتِ وَالْمَلْبُوْسَاتِ وَالْمَشْرُوْبَاتِ وَالأَخْلاَقِ لاَ تُعَلَّلُ وَيَلْتَزِمُ فِيْهَا بِالنَّصِّ]
Sesungguhnya hukum-hukum tentang ibadah, makanan, pakaian, minuman dan akhlaq tidak dapat direka-reka (dicari-cari ‘illat hukumnya), semua ketentuannya berdasarkan nash saja
0 comments:
Post a Comment