HTI menilai, bahwa sistem kapitalisme-liberalisme dan demokratis gagal dalam mensejahtrakan rakyat Indonesia. Karena hasil dalam penerapan sistem kapitalisme-liberalisme adalah tersingkirnya negara dari aktivitas ekonomi, termasuk dalam pengelolaan kekayaan alam, mengakibatkan banyaknya kekayaan alam dikuasai korporasi, terutara oleh negara asing. Sehingga, merekalah penikmat paling besar kekayaan negeri ini.
“Setidaknya ada dua faktor utama yang menjadi biang penyebab terjadinya realitas kontradiktif itu. Pertama, penerapan sistem yang rusak dan bobrok. Dan kedua, para penguasa yang korup dan amanah,” kata Azwir Ibnu Azis dalam pidatonya.
Dia menambahkan, kalau Islam memiliki ekonomi yang khas. Di dalamnya ada konsep bagaimana mengelola sumber daya alam. Hutan, air dan energi adalah milik umum maka pengelolaannya tidak boleh diserahkan kepada swasta tetapi harus dikelola sepenuhnya oleh negara dan hasilnya harus dikemabalikan kepada rakyat dalam berbagai bentuk.
Hal yang sama juga di sampaikan Tun Kelana Jaya, bahwa politik ekonomi Islam bukan hanya bertujuan untuk meningkatkan taraf kehidupan dalam sebuah negara semata, tanpa memperhatikan terjamin tidaknya tiap orang untuk menikmati kehidupan tersebut.
“Islam telah menjamin tiap orang secara pribadi, untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi oleh manusia dalam kapasitasnya sebagai manusia, yaitu sandang, papan dan pangan,” kata Tun Kelana Jaya.
Konferensi yang dimulai sejak pagi hari itu, akhirnya tuntas dilaksanakan pada petang hari.
sumber: http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=250509:hti-konferensi-tokoh-umat-di-medan&catid=14:medan&Itemid=27 Konferensi tokoh umat di Medan
0 comments:
Post a Comment