Gerakan 10-10-2010
JAKARTA - SURYA- Kekecewaan terhadap enam tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sudah makin memuncak, khususnya di kalangan aktivis dan lembaga swadaya masyarakat (LSM).
Untuk mengingatkan itu, para kalangan LSM dan aktivis pergerakan merencanakan aksi besar-besaran yang diawali 10 Oktober yang puncaknya pada 20 Oktober mendatang.
“Pada Rabu, 20 Oktober mendatang, diperkirakan satu juta orang turun ke jalanan,” sumbar Haris Rusli, aktivis senior Petisi 28, di Jakarta, Senin (27/9).
Agenda aksi yang dinamai Gerakan 10/10 ini mendesak Presiden SBY segera mundur dari jabatannya. Rencananya massa pendemo mengepung dan menduduki Istana Presiden.
Adapun komponen massa yang mendukung aksi itu lebih dari 10 organisasi. Di antaranya badan eksekutif mahasiswa (BEM) se-Indonesia, Federasi Serikat Petani Indonesia, Aliansi Buruh Mengunggat, dan Bendera.
“Tuntutan utama kita, turunkan SBY, turunkan harga, usir penjajah-penjajah asing (perusahaan-perusahan neoliberal) dan usut tuntas skandal Century,” tandas Haris.
Adhie Massardhi, yang juga juru bicara Petisi 28, menambahkan bahwa momentum pada 10 Oktober 2010, hanya semacam Gong Pembuka bagi gerakan penghentian politik “Citra sebagai Panglima”.
“Aksi 10 Oktober hanya pembuka, setelah itu akan datang secara bergelombang aksi-aksi massa yang sudah bosan menyaksikan pemerintah yang semakin kehilangan kepercayaan dari rakyat, ” jelasnya.
Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Direktur Eksekutif Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti. Ia menjelaskan, semangat kekecewaan terhadap SBY memang terasa makin memuncak dan meluas belakangan ini di tataran rakyat.
Akan tetapi Ray melanjutkan, unjuk rasa menggulingkan Presiden SBY tidak akan terjadi apabila Presiden SBY mau memperbaiki kinerjanya. “Ya sangat tergantung SBY memang, ” tandasnya.
Gerakan ekstra-parlementer itu mendapat angin dari parlemen. Vokalis DPR asal Fraksi Partai Hanura, Akbar Faisal, mendukung Gerakan 10/10.
Menurutnya, para aktivis mungkin memiliki hitung-hitungan sendiri. Jika pemerintah dianggap gagal, para aktivis sebagai rakyat dan warga negara berhak melakukan demonstrasi sebagai ekspresi penyampaian pendapat. “Pemegang kedaulatan dan pemilik negeri ini adalah rakyat,” imbuh Akbar.
Diprediksi Sia-sia
Gerakan 10/10 diprediksikan bakal sia-sia dan tidak akan menghasilkan apa pun selain sekadar buang-buang duit.
“Hanya buang-buang duit saja. Jadi sia-siakan. Makan biaya banyak, tapi nggak ada gunanya,” komentar Sutan Bhatoegana, Ketua DPP Partai Demokrat.
Soetan menegaskan, Partai Demokrat tidak pernah gentar dengan gerakan 1 Juta Massa yang hendak menjatuhkan presiden. Karena ada lebih dari 60 juta rakyat Indonesia yang memilih SBY dalam Pemilihan Presiden 2009.
“Rakyat sudah cukup pintar. Mereka capek dengan demo-demo. Mereka sudah melek politik,” imbuhnya.
Faktor penghalang lainnya, tidak semua elemen aktivis solid mendukung Gerakan 10/10. Salah satu yang tak mendukung adalah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yang menolak bergabung.
Pertimbangannya, selama belum ada keputusan Mahkamah Konstitusi bahwa presiden melanggar undang-undang maka pemerintahan SBY tidak bisa dimakzulkan. Jadi, gerakan 10/10 adalah tindakan inkonstitusional.
“Tidak ada celah secara konstitusi untuk menjatuhkan SBY,” tegas Arif Mustopha. Ketua Umum HMI.ntribunnews/ic. surya.co.id
cari cari ...
Tuesday, September 28, 2010
SBY digoyang sejuta pendemo
4:59 PM
admin
No comments
0 comments:
Post a Comment