Bojonegoro - Mantan aktivis Moro di Philipina dan Afghanistan, Ali Fauzi, 40 tahun, mengatakan berita soal pembakaran kitab suci Al Quran dan perusakan gereja di sejumlah tempat harus berimbang.
"Jangan ditutup-tutupi tetapi harus adil dan satu sama lainnya sesuai proporsinya. Berita soal ini sensitif, makanya harus berimbang," ujarnya.
Menurut Ali Fauzi, kasus pembakaran Al Quran yang pertama-tama dimunculkan oleh Pastor Terry meski kemudian dibatalkan sebagaimana direncanakan pada 11 September lalu.
Tetapi, kemudian rencana pembakaran itu, dilanjutkan oleh Pendeta Bob Old dan Pendeta Danny Allen di Springfield, Ahad (12/9) lalu. Sayangnya, berita yang dikeluarkan media massa soal pembakaran ini, relatif kecil. Kondisi ini, lanjut Ali Fauzi, berbanding terbalik dengan sejumlah kasus perusakan atau penganiayaan dengan sasaran gereja atau jemaatnya.
Dia mengambil contoh kasus penganiayaan jemaat Huria Kristen Batak Protestan di Bekasi, beberapa waktu lalu. Kejadian itu, diberitakan terus-menerus dan dibuat running news, termasuk komentar sejumlah tokoh agama. Baik itu dari Islam, dan tokoh agama lain. Intinya melakukan pengecaman terhadap kejadian itu.
Senada dengan Ali, Hisbut Tahrir Indonesia Sulawesi Tengah melalui Amiruddin Abu Fatih juga mengencam pembakaran Al Quran, sekaligus menyayangkan media massa tidak memberitakan peristiwa yang dianggap keji itu.
Amirudin menyatakan, umat Islam khususnya di Sulawesi Tengah amat kecewa terhadap kebijkan media massa yang pilih kasih ini. "Kalau umat Islam melakukan kesalahan diberitakan secara terbuka. Sebaliknya, jika dizalimi, ditutup-tutupi." tempointeraktif.com
cari cari ...
Sunday, September 19, 2010
Media Diminta Berimbang Kabarkan Pembakaran Al Quran dan Perusakan Gereja
10:06 PM
admin
No comments
0 comments:
Post a Comment